A. Definisi Komunikasi
Secara Etimologis kata
komunikasi berasal dari bahasa Inggris yaitu dari kata Communication yang berasal dari kata Latin Communicatio yang bersuber dari kata Communis yang berarti sama,sama disini adalah sama makna. Definisi
yang di kumpulkan oleh Dance (1970).
Definisi
Komunikasi menurut Para Ahli :
1)
Harold
Lasswell
“Who
Says Wahat In Which Channel to Whom With What Effect?”
Artinya : “Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa
Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?”
2)
Theodore
M Newcomb
“Komunikasi
adalah setiap tindakan komunikasi dipandang sebagi suatu tranmisi informasi
yang terdiri dari rangsangan yang diskriminatif dari sumber kepada penerima.”
3)
Evereet
M Rogers
“Komunikasi
adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau
lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.”
4)
Sukanto
Reksodiprojo
“Komunikasi
adalah usaha untuk mendorong orang lain untuk menginterpretasikan pendapat seperti
apa yang dikehendaki oleh orang yang mempunyai pendapat tersebut serta
diharapkan di peroleh titik kesamaan untuk pengertian.”
Dari
pendapat-pendapat tersebut maka dapa disimpulkan bahwa Komunikasi adalah proses
interaksi atau hubungan saling pengertian satu sama lain antara sesama manusia
baik secara langsung ataupun tidak langsung.
B. Definisi Publik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan
Publik sebagai orang banyak (umum). Sedangkan dalam bahasa Inggris, Publik
diserap dari kata Public artinya milik bangsa, negara atau komunitas
dalam jumlah yang besar atau dipertahankan atau digunakan oleh
masyarakat/komunitas secara keseluruhan. Publik juga berasal dari bahasa latin Publicus
yang artinya kedewasaan, dalam pengertian tentang pelajaran ini adalah
membawa ide kepada masyarakat.
Definisi Publik menurut Para Ahli
1) Niels
Mulder
“Publik
adalah pihak yang menerima, dan karena pembangunan ekonomi adalah tujuan
kebijakan yang paling menonjol, maka bisnis dan negara atau politik uanglah
yang menjadi pemain utama dalam gelanggang politik.”
2)
Immanuel Kant
“Publik
bukan lagi para pejabat atau institusi politis, melainkan masyarakat warga
(civil society) yang kritis dan berorientasi pada kepentingan moral universal
umat manusia.”
3) Sukadji
G
“Publik
adalah sejumlah orang, yang dalam kesempatan tertentu, di tempat tertentu, akan
berkomunikasi dengan kita.”
4)
Latipah Hendrati
“Publik
adalah komunitas masyarakat tertentu.”
C. Definisi Komunikasi Publik
Model
Aristoteles adalah model komunikasi paling klasik, yang sering juga disebut
model retoris.[1]
Filosof Yunani, Aristoteles adalah tokoh paling dini yang mengkaji komunikasi,
yang intinya adalah persuasi. Ia berjasa dalam merumuskan model komunikasi
verbal pertama. Komunikasi terjadi ketika seorang pembicara menyampaikan
pembiacaraanya kepada khalayak dalam upaya mengubah sikap mereka. Tepatnya, ia
mengemukakan tiga unsur dasar proses komunikasi, yaitu pembicara, pesan, dan pendengar.
Fokus komunikasi yang ditelaah oleh Aristoteles
adalah komunikasi retoris, yang kini lebih dikenal dengan sebutan komunikasi
publik atau pidato.[2]
Menurut Aristoteles, persuasi dapat dicapai oleh siapa anda, argument anda, dan
dengan memainkan emosi khalayak. Dengan kata lain, faktor-faktor yang memainkan
peran dalam menentukan efek persuasif dalam komunikasi public meliputi, isi
pidato, susunanya, dan cara penyampaianya. Aristoteles juga menyadari peran
khalayak pendengar. Persuasi berlangsung melalui khalayak ketika mereka
diarahkan melalui pidato itu kedalam suatu keadaan emosi tertentu.[3]
Definisi
Komunikasi Publik menurut para ahli :
1) Hennessy (1975:1)
“Komunikasi publik/opini publik
merupakan suatu kompleksitas pilihan-pilihan yang dinyatakan oleh banyak orang
berkaitan dengan sesuatu isu yang dipandang penting oleh umum.”
Menurutnya,
defenisi ini relatif lebih bersifat akademik dan berbeda dari definisi-definisi
yang pada umumnya yang digunakan oleh para politisi. Ia juga menambahkan bahwa
opini publik itu selalu melibatkan banyak orang yang tertarik untuk memikirkan
sesuatu isu dalam waktu yang cukup panjang. Meskipun demikian, istilah “publik”
sendiri tidak selalu ditentukan oleh banyak jumlah orang yang menganut opini
tersebut. Istilah “Publik” justru diukur oleh apakah sesuatu opini itu
menyangkut isu publik atau tidak. [4]
2) Hageman
“Komunikasi publik adalah
komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar dan majalah)
atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang
yang melembagakan yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di
banyak tempat.[5]”
3) De Vito
dalam bukunya yang berjudul “Communicology: An Introduction to The Study of
Communication.”
“Komunikasi publik adalah
komunikasi yang ditujukan kepada khalayak yang luar biasa banyaknya (termasuk
kepada siswa) atau semua orang yang membaca dan menonton.[6]
Komunikasi publik adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang
audio atau visual.[7]”
Dari beberapa pendapat
tentang komunikasi publik diatas, Komunikasi Publik adalah salah satu tipe dari
komunikasi yang menunjukan suatu proses komunikasi dimana pesan yang
disampaikan oleh sumber/komunikator di depan khalayak yang lebih besar atau masyarakat dan dalam situasi tatap muka.
D. Unsur-unsur dalam Komunikasi Publik
1) Sumber/Komunikator
Adalah
pembuat atau pengirim pesan informasi. Sumber ini bisa terdiri dari 1 orang
ataupun bisa juga dalam kelompok misalnya dari Partai,Organisasi. Komunikator atau sumber dalam komunikasi publik dapat
diakukan oleh siapa pun, dapat pula dilakukan oleh seorang komunikator publik
profesional. Mereka yang termasuk Komunikator Publik Profesional antara lain,
manager dan staf PR/Humas, wartawan, penyiar radio, presenter, penyaji ramalan
cuaca, dan sebagainya.
2) Pesan
Adalah
sesuatu yang disampaikan oleh sumber/komunikator kepada penerima/komunikan. Penyampaian pesan dalam komunikasi publik ini berupa ide
atau gagasan, informasi, ajakan, dan sebagainya kepada orang banyak sebagai
bentuk dari pencerahan,atau tindakan sosialisasi. Pesannya
berisi pesan yang penting diketahui publik –dikenal dengan Informasi Publik.
Yang dikomunikasikan menyangkut urusan publik (Public Affairs) atau yang
diharapkan dapat menggugah orang banyak.
3) Media
Adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari
kominikator kepada komunikan. Sarana komunikasi publik yaitu
segala saluran yang bisa menyampaikan pesan kepada publik melalui media
massa,orasi pada rapat umum ,aksi demonstrasi,blog,situs jejaring sosial,kolom
komentar di website/blog,e-mail, milis,sms,surat,surat
pembaca,reklame ,spanduk,diskusi,dan musyawarah. Yang pasti, komunikasi publik memerlukan keterampilan
komunikasi lisan dan tulisan agar pesan dapat disampaikan secara efektif dan
efisien.
4)
Penerima/Komunikan
Adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh
komunikator. Komunikan/penerima pesan dalam komunikasi publik biasanya
orang-orang dalam satu organisasi,ataupun luar organisasi,dengan jumlah yang
relatif besar dilakukan di sebuah tempat seperti di
auditorium,kelas/ruangan,dan tempat ibadah.
5)
Efek/Pengaruh
Adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,dirasakan,dan
dilakukan oleh komunikan sebelum dan sesudah menerima pesan dari komunikator. Efek
atau pengaruh yang di terima oleh komunikan tentunya kearah yang lebih baik
karena pesan disampaikan dalam komunikasi publik biasanya mengenai
pendidikan,tindakan sosialisasi,bahkan pencerahan.
6)
Umpan balik/Feedback
Adalah suatu bentuk tanggapan balik dari
komunikan/penerima setelah memperoleh pesan dari komunikator. Umpan balik dalam
komunikasi publik bisa seperti pertanyaan yang diajukan ke komunikator yang
memang terbatas,ataupun bisa berupa saran.
E.
Karakteristik Komunikasi Publik, yaitu :
Effendy mengungkapkan
tentang karakteristik dari komunikasi publik adalah sebagai berikut:
1) Komunikasi
publik berlangsung satu arah, ini berarti tidak terdapat arus balik dari
komunikan kepada komunikator.
2) Komunikator
pada komunikasi publik bersifat umum, karena diperuntukan kepada umum mengenai
kepentingan umum. Jadi tidak ditujukan kepada perseorangan atau kelompok
tertentu.
3) Media
dalam komunikasi publik menimbulkan keserempakan, kemampuanya untuk menimbulkan
keserempakan kepada khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan.
4) Komunikan
publik bersifat heterogen. Dalam komunikasi publik, khalayak yang dituju adalah
siapa saja yang bersifat heterogen atau khalayak umum.[8]
Jadi,dapat
disimpulkan karakteristik komunikasi publik yaitu :
1) Satu
pihak (pendengar/komunikan) cenderung lebih pasif.
2) Interaksi
antara sumber dan penerima terbatas.
3) Umpan
balik yang diberikan terbatas.
4) Dilakukan
di tempat umum seperti di kelas, auditorium, tempat ibadah.
5) Dihadiri
oleh sejumlah besar orang.
6) Biasanya
telah direncanakan.
7) Sering
bertujuan untuk memberikan penerangan, menghibur, memberikan penghormatan dan
membujuk.
8) Dari
segi ekonomi biaya untuk memproduksi komunikasi massa cukup mahal dan
memerlukan dukungan tenaga kerja yang relatif banyak untuk mengelolanya.
F.
Fungsi Komunikasi
Menurut Deddy Mulyana
dalam sebuah bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi, ia merumuskan bahwa
setidaknya ada empat fungsi dari komunikasi itu yakni sebagai berikut:
1. Komunikasi
Sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya
mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep diri kita,
aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperolah kebahagiaan,
terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan
orang lain. Melalui komunikasi, kita bekerjasama dengan anggota masyarakat
(keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, RW, desa, kota, dan negara
secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama.
2. Komunikasi
Ekspresif
Komunikasi ekspresif sangat erat kaitanya dengan
komunikasi sosial. Komunikasi ekspresif dapat dilakukan baik sendirian ataupun
kelompok. Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang
lain, namun dapat dilkukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk
menyapaikan perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut dikomunikasikan
terutama melalui pesan-pesan non verbal. Perasaan sayang, peduli, rindu,
simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah, dan benci dapat disampaikan
lewat kata-kata, namun terutama melalui perilaku non verbal. Sebagai
contoh, seorang ibu menunjukkan kasih sayangnya dengan membelai kepala anaknya.
Atau seorang atasan menunjukkan simpatinya kepada bawahanya yang isterinya baru
meninggal dengan menepuk bahunya.
3. Komunikasi
Ritual
Erat kaitanya dengan komunikasi ekspresif adalah
komunikasi ritual, yang biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas
sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup,
yang disebut para antropolog sebagai rites of passage, mula dari upacara
kelahiran, sunatan, ulang tahun, (nyanyian happy birthday dan pemotongan
kue), pertunangan (melamar, tukar cincin), siraman, pernikahan (ijab-qabul,
sungkem kepada orang tua, sawer, dan sebagainya. Dalam acara-acara
itu orang mengucapkan kata-kata atau menampilkan perilaku-perilaku simbolik.
Ritus-ritus lainya seperti berdoa (shalat, sembahyang, misa), membaca kitab
suci, naik haji, upacara bendera termasuk menyanyikan lagu kebangsaan), upacara
wisuda, perayaan lebaran idul fitri, Idul Adha atau natal, juga adalah
komunikasi ritual. Mereka yang berpartisipasi
dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali komitmen
mereka kepada tradisi keluarga, komunitas, suku, bangsa, negara, ideologi, atau
agama mereka.
4. Komunikasi
Instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum
menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan dan
mengubah prilaku atau menggerakkan tindakan, dan juga menghibur. Bila
diringkas, maka kesemua tujuan tersebut dapat disebut membujuk (persuasif).
Komunikasi yang berfungsi memberitahukan atau menerangkan mengandung muatan
persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya mempercayai
bahwa fakta atau inforasi yang disampaikan akurat dan layak diketahui. Ketika seorang
dosen menyatakan bahwa ruang kuliah kotor, pernyataanya dapat membujuk
mahasiswa untuk membersihkan ruang kuliah tersebut. Bahkan komunikasi yang
menghibur (to entertain) pun secara tidak langsung membujuk khalayak
untuk melupakan persoalan hidup mereka.[9]
G.
Tujuan Komunikasi Publik
Menurut Onong Uchjana Effendi dalam buku Dimensi
– dimensi Komunikasi Tujuan Komunikasi
secara umum adalah sebagai berikut :
1. Perubahan Sosial Dan Partisipasi
Sosial
Memberikan berbagai informasi pada masyarakat tujuan
akhirnya supaya masyarakat mau mendukung dan ikut serta terhadap tujuan
informasi itu disampaikan. Misalnya diadakannya sosialisasi oleh Lembaga KPU
atau lembaga-lembaga masyarakat anti golput supaya masyarakat ikut serta dalam
pilihan suara pada pemilu.
2. Perubahan Sikap
Kegiatan memberikan berbagai informasi pada
masyarakat dengan tujuan supaya masyarakat akan berubah sikapnya. Misalnya kegiatan
kampanye politik oleh suatu tim sukses calon politikus yang bertujuan mencari
simpatik kepada masyarakat agar mau memilih calon pemimpin atau anggota
parlemen di pemerintahan dan hal
tersebut dapat mengubah sikap dukungan masyarakat ataupun tidak sama sekali.
3. Perubahan Pendapat
Memberikan berbagai informasi pada masyarakat tujuan
akhirnya supaya masyarakat mau berubah pendapat dan persepsinya terhadap tujuan
informasi itu disampaikan, misalnya diadakannya suatu sosialisasi mengenai
program pemerintah atau kebijakan-kebijakan pemerintah dari dinas-dinas
kepemerintahan terkait kepada masyarakat. Terutama informasi mengenai kebijakan
pemerintah yang biasanya selalu mendapat tantangan dari masyarakat maka harus
disertai penyampaian informasi yang lengkap supaya pendapat masyarakat dapat
terbentuk untuk mendukung kebijakan tersebut.
4. Perubahan Perilaku
Kegiatan memberikan berbagai informasi pada
masyarakat dengan tujuan supaya masyarakat akan berubah perilakunya. Misalnya
diadakannya seminar ataupun sosialisasi dari Dinas Kesehatan yang kegiatan
tersebut memberikan informasi mengenai hidup sehat tujuannya adalah supaya
masyarakat mengikuti pola hidup sehat dan sikap masyarakat akan positif
terhadap pola hidup sehat.
Menurut
Onong Uchjana Effendi dalam buku Dimensi-dimensi Komunikasi beliau
mempunyai pendapat mengenai tujuan komunikasi publik sebagai berikut :
1.
Memberikan informasi (Public Information) kepada masyarakat.
Karena perilaku menerima informasi merupakan perilaku alamiah masyarakat.
Dengan menerima informasi yang benar masyarakat akan merasa aman tentram.
Informasi akurat diperlukan oleh beberapa bagian masyarakat untuk bahan dalam
pembuatan keputusan. Informasi dapat dikaji secara mendalam sehingga melahirkan
teori baru dengan demikian akan menambah perkembangan ilmu pengetahuan.
Informasi disampaikan pada masyarakat melalui berbagai tatanan komunikasi,
tetapi yang lebih banyak melalui kegiatan mass communication .
2.
Mendidik masyarakat (Publik Education). Kegiatan komunikasi pada masyarakat dengan
memberikan berbagai informasi tidak lain agar masyarakat menjadi lebih baik,
lebih maju, lebih berkembang kebudayaannya. Kegiatan mendidik masyarakat dalam
arti luas adalah memberikan berbagai informasi yang dapat menambah kemajuan
masyarakat dengan tatanan komunikasi massa. Sedangkan kegiatan mendidik
masyarakat dalam arti sempit adalah memberikan berbagai informasi dan juga
berbagai ilmu pengetahuan melalui berbagai tatanan komunikasi kelompok pada
pertemuan-pertemuan, kelas-kelas, dan sebagainya. Tetapi kegiatan mendidik
masyarakat yang paling efektif adalah melalui kegiatan Komunikasi Interpersonal
antara penyuluh dengan anggota masyarakat, antara guru dengan murid, antara
pimpinan dengan bawahan, dan antara orang tua dengan anak-anaknya.
3.
Mempengaruhi masyarakat (Publik Persuasion). Kegiatan
memberikan berbagai informasi pada masyarakat juga dapat dijadikan sarana untuk
mempengaruhi masyarakat tersebut ke arah perubahan sikap dan perilaku yang
diharapkan. Misalnya mempengaruhi masyarakat untuk mendukung suatu pilihan
dalam pemilu dapat dilakukan melalui komunikasi massa dalam bentuk kampanye,
propaganda, selebaran-selebaran, spanduk dan sebagainya. Tetapi berdasarkan
beberapa penelitian kegiatan mempengaruhi masyarakat akan lebih efektif
dilakukan melalui Komunikasi Interpersonal.
4.
Menghibur masyarakat (Publik Entertainment). Perilaku
masyarakat menerima informasi selain untuk memenuhi rasa aman juga menjadi
sarana hiburan masyarakat. Apalagi pada masa sekarang ini banyak penyajian
informasi melalui sarana seni hiburan.
H.
Efek Komunikasi Publik
Dampak komunikasi, selain positif juga mempunyai dampak
negatif. Pengelola komunikasi dapat dipastikan tidak berniat untuk menyebarkan
dampak negatif kepada khalayaknya. Tentu yang diinginkan
adalah pengaruh positif. Apabila terdapat dampak negatif, bisa dikatakan itu
sebagai efek samping saja. Namun efek samping itu cukup membahayakan
sendi-sendi kehidupan masyarakat banyak.[10]
Komunikasi harus mempunyai efek menambah pengetahuan, mengubah sikap, dan
menggerakkan perilaku kita. Efek yang terjadi pada komunikan tersebut terdapat
pada tiga aspek.
a.
Efek Kognitif
Efek kognitif adalah akibat yang
timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Dalam efek
kognitif ini akan dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak
dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan
kognitif.
b.
Efek Afektif
Efek ini kadarnya lebih tinggi
daripada Efek Kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan hanya sekedar
memberitahu kepada khalayak agar menjadi tahu tentang sesuatu, tetapi lebih
dari itu, setelah mengetahui informasi yang diterimanya, khalayak diharapkan
dapat merasakannya.[11]
Sebagai contoh, setelah kita mendengar
atau membaca informasi pelawak kawakan Tessy ditertangkap tangan oleh polisi
karena sedang pesta narkoba dan mencoba bunuh diri setelah penggerebekan
tersebut, maka dalam diri kita akan muncul perasaan jengkel, iba, kasihan, atau
bisa jadi, senang. Perasaan sebel, jengkel atau marah dapat diartikan sebagai
perasaan kesal terhadap perbuatan Tessy. Sedangkan perasaan senang adalah
perasaan lega dari para pembenci artis dan kehidupan hura-hura yang senang atas
tertangkapnya para public figure yang cenderung hidup hura-hura. Adapun
rasa iba atau kasihan dapat juga diartikan sebagai keheranan khalayak mengapa
dia melakukan perbuatan tersebut.
c.
Efek Behavioral
Efek behavioral merupakan akibat
yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.
Adegan kekerasan dalam televisi atau film akan menyebabkan orang menjadi
beringas. Program acara memasak bersama Rudi Khaeruddin, misalnya, akan menyebabkan
para ibu rumah tangga mengikuti resep-resep baru.
I. Hal-hal
Yang Harus Diperhatikan Dalam Komunikasi Publik Agar Efektif
1. Menganalisa pendengar dan adaptasi,
seperti memperhatikan usia, ras, suku, agama, kelas sosial, tingkat pendidikan,
dll.
2. Menetapkan satu tujuan dan satu ide,
dengan cara membatasi topik, satu ide besar, makna jelas (tidak menimbulkan
interpretasi ganda)
3. Menyusun argumen,dapat menggunakan
daya tarik emosional atau daya tarik sebab akibat.
4. Gunakan Fakta
5. Gunakan Alat Bantu Visual
6. Atasi Rasa Grogi
7. Dalam menjadi pembicara gunakan
bahasa yang dapat di mengerti dan dipahami oleh para pendengar.
J.
Hambatan-Hambatan Dalam Komunikasi Publik
Gangguan atau hambatan itu secara
umum dapat dikelompokkan menjadi hambatan internal dan hambatan eksternal
,yaitu:
1.
Hambatan
Internal, adalah hambatan yang berasal dari dalam diri
individu yang terkait kondisi fisik dan psikologis. Contohnya, jika
seorang mengalami gangguan pendengaran maka ia akan mengalami hambatan komunikasi. Demikian pula seseorang yang sedang tertekan (depresi) tidak akan dapat melakukan komunikasi dengan baik.
individu yang terkait kondisi fisik dan psikologis. Contohnya, jika
seorang mengalami gangguan pendengaran maka ia akan mengalami hambatan komunikasi. Demikian pula seseorang yang sedang tertekan (depresi) tidak akan dapat melakukan komunikasi dengan baik.
2.
Hambatan Eksternal,
adalah hambatan yang berasal dari luar individu yang terkait dengan lingkungan
fisik dan lingkungan sosial budaya.
Contohnya, suara gaduh dari lingkungan sekitar dapat menyebabkan
komunikasi tidak berjalan lancar. Contoh lainnya, perbedaan latar
belakang sosial budaya dapat menyebabkan salah pengertian.
Contohnya, suara gaduh dari lingkungan sekitar dapat menyebabkan
komunikasi tidak berjalan lancar. Contoh lainnya, perbedaan latar
belakang sosial budaya dapat menyebabkan salah pengertian.
Jadi, bisa
disimpulkan Hambatan-hambatan dalam komunikasi,khususnya dalam komunikasi publik
yaitu :
1.
Hambatan
Semantis
Hambatan karena
bahasa,kata-kata atau kalimat-kalimat yang dipergunakan penafsirannya banyak.
Hambatan semantis ini dapat diatasi oleh komunikatornya. Misalnya kesalahan pengucapan bahasa dan salah
penafsiran seperti contoh : pengucapan demonstrasi menjadi demokrasi, kedelai
menjadi keledai dan lain-lain.
2.
Hambatan
Teknis
Hambatan yang disebabkan oleh
alat-alat teknis yang digunakan untuk berkomunikasi yang kurang baik. Contohnya
gangguan pada sound system,microphone.
3.
Hambatan Lingkungan
Fisik (Physical Distractions)
Hambatan ini disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik terhadap proses
berlangsungnya komunikasi. Contohnya : suara riuh orang-orang atau kebisingan,
suara hujan atau petir, dan cahaya yang kurang jelas.
4.
Hambatan Biologis
Hambatan yang ditimbulkan oleh
kurang baiknya pancaindra komunikator ataupun komunikan. Misalnya gagu atau
tuli
5.
Hambatan
Psikologis
Adanya perbedaaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap
manusia.Misalnya karyawan dengan status sosial yang lebih rendah harus tunduk
dan patuh apapun perintah yang diberikan atasan. Maka karyawan tersebut tidak
dapat atau takut mengemukakan aspirasinya atau pendapatnya.
6. Hambatan Perbedaan Cara Pandang (Perceptual
distorsion)
Dapat disebabkan karena perbedaan cara pandangan yang sempit pada diri
sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta cara mengerti yang sempit terhadap
orang lain. Sehingga dalam komunikasi terjadi perbedaan persepsi dan wawasan
atau cara pandang antara satu dengan yang lainnya.
7.
Hambatan
Tidak Adanya Umpan Balik (No Feed back)
Hambatan tersebut adalah seorang komunikator mengirimkan pesan kepada komunikan
tetapi tidak adanya respon dan tanggapan dari komunikan maka yang terjadi
adalah komunikasi satu arah yang sia-sia. Seperti contoh : Seorang manajer
menerangkan suatu gagasan yang ditujukan kepada karyawannya.
8.
Hambatan
Perbedaan Kebudayaan (Cultural Differences)
Hambatan
yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan kebudayaan, agama dan lingkungan sosial. Dalam suatu organisasi
terdapat beberapa suku, ras, dan bahasa yang berbeda. Sehingga ada beberapa
kata-kata yang memiliki arti berbeda di tiap suku. Seperti contoh : kata
“jangan” dalam bahasa Indonesia artinya tidak boleh, tetapi orang suku jawa
mengartikan kata tersebut suatu jenis makanan berupa sup.
K.
Upaya Dalam
Mengatasi Hambatan Komunikasi
Ada beberapa
cara untuk mengatasi hambatan komunikasi, antara lain:
1. Gunakan
Umpan Balik (Feedback), setiap orang yang berbicara memperhatikan umpan balik
yang diberikan lawan bicaranya baik bahasa verbal maupun non verbal, kemudian
memberikan penafsiran terhadap umpan balik itu secara benar.
2. Pahami
Perbedaan Individu Atau Kompleksitas Individu Dengan Baik. Setiap individu
merupakan pribadi yang khas yang berbeda baik dari latar belakang psikologis,
sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan. Dengan memahami, seseorang dapat menggunakan
taktik yang tepat dalam berkomunikasi.
3. Gunakan
Komunikasi Langsung (Face To Face), Komunikasi langsung dapat mengatasi
hambatan komunikasi karena sifatnya lebih persuasif. Komunikator dapat
memadukan bahasa verbal dan bahasa non verbal. Disamping kata-kata yang
selektif dapat pula digunakan kontak mata, mimik wajah, bahasa tubuh lainnya
dan juga meta-language (isyarat diluar bahasa) yang membuat komunikasi lebih
berdaya guna.
4. Gunakan
Bahasa Yang Sederhana Dan Mudah. Kosa kata yang digunakan hendaknya dapat
dimengerti dan dipahami jangan menggunakan istilah-istilah yang sukar
dimengerti pendengar. Gunakan pola kalimat sederhana (kanonik) karena kalimat
yang mengandung banyak anak kalimat membuat pesan sulit dimengerti.
L. Penyampaian Komunikasi Publik
Persiapan persentasi yang baik hendaklah
diikuti dengan cara penyampaian yang baik sehingga memungkinkan komunikasi itu
efektif. Kualitas penyampaian persentasi lisan ditentukan oleh pesan yang
sengaja dimaksudkan dan juga oleh pesan yang tidak sengaja disampaikan.
Pembicara bertanggung jawab memberikan persentasi yang berharga dan karena itu
bertanggung jawab untuk menyampaikan pesan/informasi secara efektif. Untuk
menyampaikan persentasi lisan dengan baik perlu diperhatikan beberapa hal
seperti berikut:
1. Kontak Mata
Kontak mata adalah teknik komunikasi
nonverbal yang sangat membantu si pembicara dalam menjelaskan idenya kepada
pendengar. Di samping mempunyai kekuasaan yang membujuk, kontak mata juga
membantu untuk menjaga perhatian pendengar. Seorang pembicara yang berhasil
haruslah menjaga kontak mata dengan pendengarnya. Untuk mendapatkan hubungan
dengan pendengar si pembicara hendaklah menjaga kontak mata langsung dengan
pendengar kira-kira 75% dari waktu persentasinya. Kontak mata dengan pendengar
membantu si pembicara mengetahui dan memonitor pemdengar dan merupakan balikan
bagi si pembicara mengenai pesan yang disampaikan.
2. Vokalik
Kecepatan berbicara, nada dan irama suara,
serta penekana pada kata-kata tertentu perlu diperhatikan dalam penyampaian
persentasi lisan. Persentasi lisan yang disampaikan dengan suara yang jelas dan
enak didengar dapat memukau pendengar. Tetapi sebaliknya persentasi yang
disampaikan dengan suara yang tidak bervariasi, monoton akan membosankan para
pendengarnya, sehingga mengurangi perhatian pendengar.
3. Ketepatan
Kadang-kadang suatu persentasi disampaikan
dalam situasi informal atau dalam suasana pendengar rileks, maka penyampaian
persentasipun hendaknya disesuaikan dengan situasi tersebut. Begitu juga
sebaliknya, bila kondisi formal maka cara penyampaian persentasi juga hendaknya
bersifat formal. Di samping mempertimbangkan kondisi dan topik pembicaraan,
juga dipertimbangkan apa yang diharapkan si pendengar untuk didengar.
4. Perencanaan
Kunci strategi yang terbaik adalah perencanaan.
Oleh karena itu sebelum penyampaian persentasi, si pembicara terlebih dahulu
telah membuat perencanaan yang matang. Pilihan topik pembicaraan yang cocok
untuk diberikan pada pendengar dengan berdasarkan analisis pendengar.
Persiapkanlah materi yang diperlukan.
M. Contoh Kegiatan Komunikasi Publik
Diantaranya yaitu :
1. Seminar
Pada
umumnya merupakan sebuah bentuk pengajaran akademis baik dari sebuah
universitas maupun diberikan oleh suatu organisasi komersial atau profesional.
2. Persentasi
Adalah
suatu kegiatan kegiatan pengajuan suatu topik,pendapat,atau informasi kepada
orang lain.
3. Kampanye
Adalah
sebuah tindakan doktrin bertujuan mendapatkan pencapaian dukungan,usaha
kampanye bisa dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang yang terorganisir
untuk melakukan pencapaian suatu proses pengambilan keputusan didalam suatu kelompok,
kampanye bisa juga dilakukan guna mempengaruhi,menghambat,membelokan
pencapaian.
4. Sosialisasi
Adalah
sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari
suatu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat.
5. Rapat
Adalah
pertemuan atau perkumpulannya minimal 2 orang atau lebih untuk memutuskan suatu
tujuan.
6.
Pengajian
Merupakan pendidikan nonformal yang khusus dalam bidang
agama.
N. Komunikasi Publik dalam Organisasi
1.
Pentingnya
Komunikasi Publik dalam Organisasi
Organisasi sebagai sistem terbuka dengan lingkungan luarnya
terutama dengan badan-badan yang
berpengaruh kepada kehidupan organisasi itu sendiri. Sekarang kebanyakan
organisasi merasa penting untuk mengadakan bagian hubungan masyarakat dalam
organisasinya yang menangani khusus masalah promosi, penyiaran pers,
kajian-kajian khusus, pertunjukan, dan darmawisata. Kebanyakan organisasi telah
menyadari pentingnya komunikasi public ini dan telah mempunyai program-program
khusus untuk itu. Hal ini dapat kita lihat dengan banyaknya sekarang kita
jumpai berbagai media yang digunakan untuk itu seperti brosur, majalah,
surat-surat edaran,CCTV dan poster.
2.
Tipe
Komunikasi Publik dalam Organisasi
Bentuk
persentasi komunikasi organisasi publik secara garis besarnya dapat dibedakan
atas dua kategori, yaitu yang bersifat pemberian informasi dan mencari komitmen
(commitment).
1) Persentasi Yang Bersifat Pemberian
Informasi
a. Persentasi Orientasi
Persentasi
ini sengaja diberikan kepada karyawan-karyawan baru dalam organisasi untuk
memperkenalkan mereka dengan lingkungan kerja yang baru. Persentasi ini
merupakan satu seri komunikasi tertulis dan lisan yang menyangkut berbagai hal
yang perlu diketahui oleh anggota organisasi.
b. Persentasi Untuk Latihan Pekerjaan
Tertentu
Bila sejumlah anggota organisasi diberi
jabatan baru, mereka mesti dilatih untuk pekerjaan itu oleh pelatih, melalui
beberapa bentuk komunikasi lisan. Memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu
merupakan topik yang paling umum dari persentasi jabatan. Disamping itu juga
diberi kesematan untuk berdialog antara pelatih dan yang dilatih.
c. Laporan Status
Tiap-tiap subunit organisasi haruslah
menyampaikan informasi tentang apa yang mereka lakukan. Ini dilakukan untuk
memudahakan dalam pemberian laporan status subunit masing-masing. Laporan
status biasanya mengalir menurut garis
komando dalam organisasi. Tiap-tiap
supervisor melaporkan statusnya masing-masing kepada atasanya namun kadang
laporan itu mengalir horizontal kepada unit atau subunit bila dirasa perlu.
Laporan status kadang disertai memorandum dan laporan produksi. Laporan mungkin
diberikan secara teratur dan juga kadang-kadang dapat diberikan secara
informal.
d. Laporan Kepada Dewan Pengurus
Anggota organisasi seringkali
diminta untuk memberikan laporan kepada dewan pengurus atau yayasan yang
membina organisasi. Kadang-kadang dewan pengurus ini mempunyai otoritas
terhadap karyawan yang member persentasi dan kadang-kadang tidak.
e. Rapat-rapat Umum
Kadang-kadang pemimpin merasa perlu mengadakan
rapat umum beserta seluruh karyawanya. Salah satu kegiatan utama dalam rapat
tersebut adalah untuk memberikan informasi kepada karyawan yang mungkin
berkenaan dengan kebijaksanaan umum yang baru atau peraturan baru yang perlu
diketahui oleh karyawan, atau mengenai hal lainnya yang perlu diinformasikan
secara cepat.
2) Persentasi Bersifat Untuk Mencari Komitmen.
Komunikasi
ini dimaksudkan untuk mempengaruhi pendengar melalui informasi yang diberikan.
Beberapa tipe dari persentasi ini adalah:
a. Persentasi Pemasaran
Tipe
yang paling nyata dari persentasi untuk mencari komitmen adalah persentasi yang
dilakukan oleh seorang bagian pemasaran yang mencoba meyakinkan orang lain
tentang hasil produksi atau pelayanan organisasinya. Atau persentasi yang
diberikan oleh seorang pemimpin mengenai rencana baru yang dilakukannya dan
mencari pemberian dana untuk itu.
b. Persentasi Memotivasi
Bila
persentasi yang diberikan untuk mempengaruhi orang agar mau bekerja keras atau
meningkatkan produksi maka persentasi itu dimanakan memotivasi. Pesentasi ini
dapat langsung diberikan secara tatap muka, dapat juga melalui media tertentu
seperti Koran atau brosur.
c. Persentasi Penerimaan Karyawan Atau
Mahasiswa
Persentasi
ini dilakukan secara tertulis yang menjelaskan syarat-syarat diperlukan bagi
calon yang dibutuhkan. Di samping itu juga imbalan-imbalan apa yang akan
diperoleh bila diterima.
d. Pendekatan Tim
Pendekatan
ini tidak sama dengan tiga bentuk yang telah dibicarakan di atas. Persentasi
ini tidak terbatas pada situasi tertentu. Persetasi ini dibentuk sutu tim yang
ahli dalam hal tersebut yang terdiri dari 3 atau 4 orang dan yang akan
melakukan persentasi sesuai dengan bidang mereka masing-masing. Tujuan dari
persentasi ini adalah untuk membujuk orang atau meyakinkan orang agar mau
menerima ide-ide yang disampaikan.
3.
Analisis
Pendengaran dan Persiapan Komunikasi Publik
Berikut
ini diberikan langkah-langkah secara garis besar dalam mempersiapkan suatu
persentasi komunikasi publik berdasarkan analisis pendengar.
1.
Menentukan Komunikan/Penerima/Pendengar.
Hal
yang harus diperhatikan oleh pembicara/komunikator yaitu :
a.
Pembicara harus mengetahui besarnya
pendengar dan latar belakang demografis dan psikologi.
b.
Memilih topik yang diduga disukai oleh
pendengar.
c.
Melakukan interview dengan beberapa yang
mengetahui keadaan pendengar atau mungkin membaca mengenai perspektif
pendengar. Untuk mengetahui informasi yang lebih banyak mengenai pendengar
mungkin dapat dilakukan dengan
2.
Mengumpulkan Data Tentang Pendengar. Pembicara/komunikator
harus belajar tentang sikap dan karakteristik mereka. Dengan informasi yang
diperoleh si pembicara dapat membentuk dugaan atau asumsi.
3. Pembicara/komunikator
harus menulis paper posisi yang menjelaskan bagaimana reaksi pendengar menurut
pikirannya.
4.
Berdasarkan informasi pada paper posisi pembicara hendaknya membuat garis-garis
besar dari pembicaraan.
5.
Bila lebih banyak informasi yang tersedia si pembicara hendaknya terus-menerus merevisi
garis besar dari pembicaraan. Sifat fleksibel merupakan kunci dari proses
perencanaan. Kapan saja pembicara menemukan efektivitas pembicaraannya
hendaknya dilakukan perubahan.
[1]John. R. Wenburg dan Wiliam W.
Wilmot, The Personal Communication Process (New York: John Wiley and
Sons, 1973), hlm. 47-49
[2]Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi
Suatu Pengantar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 146
[3]Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi
Suatu Pengantar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 146
[4]Asep Saeful Muhtadi, Komunikasi
Politik Indonesia “Dinamika Islam Politik Pasca-Orde Baru” (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2008), hlm. 37
[5]Mulyana, (2000), hlm. 75
[6]Effendy, (1994), hlm. 21
[7]Fajar, (2008), hlm. 225
[8]Effendy, (2005), hlm. 22-25
[9]Deddy
Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2011), hlm. 5-34